Hujan Asam; Penyebab dan Proses Pembentukannya
Hujan asam merupakan salah satu dampak dari pencemaran udara yang mempengaruhi kegiatan ekonomi, social dan politik (Nam et.al, 2001). Kejadian hujan asam yang sering terjadi beberapa decade ini menjadi isu yang cukup penting untuk dibahas. Pemahaman akan femonena hujan asam diharapkan mampu menggugah perhatian masyarakat tentang upaya-upaya untuk menghadapinya serta mengetahui cara-cara untuk menanggulanginya.
Hubungan antara emisi kimia ke atmosfer dengan dampak yang ditimbulkan akibat hujan asam sangat kompleks baik dari segi lingkungan ekosistem, kesehatan manusia maupun pada benda-benda (Landsberg, 1995).
1. Pengertian
Hujan asam adalah
suatu masalah lingkungan yang serius yang harus benar-benar difikirkan
oleh umat manusia. Hujan asam merupakan istilah umum untuk menggambarkan
turunnya asam dari atmosfir ke bumi. Sebenarnya turunnya asam dari
atmosfir ke bumi bukan hanya dalam kondisi “basah” Tetapi juga “kering”.
Sehingga dikenal pula dengan istilah deposisi ( penurunan / pengendapan
) basah dan deposisi kering (Laras, 2006). Bhatfi et.al (1992)
mengemukakan bahwa hujan asam dapat terjadi ketika ada reaksi antara
air, oksigen dan zat-zat asam lainnya di atmosfer. Sinar matahari akan
mempercepat terjadinya reaksi antar zat-zat tersebut.
Deposisi basah
mengacu pada hujan asam , kabut dan salju. Ketika hujan asam ini
mengenai tanah, ia dapat berdampak buruk bagi tumbuhan dan hewan ,
tergantung dari konsentrasi asamnya, kandungan kimia tanah , buffering
capacity ( kemampuan air atau tanah untuk menahan perubahan pH ), dan
jenis tumbuhan/hewan yang terkena. Deposisi kering mengacu pada gas dan
partikel yang mengandung asam. Sekitar 50% keasaman di atmosfir jatuh
kembali ke bumi melalui deposisi kering. Kemudian angin membawa gas dan
partikel asam tersebut mengenai bangunan, mobil, rumah dan pohon (Laras,
2006).
Ketika hujan turun
,partikel asam yang menempel di bangunan atau pohon tersebut akan
terbilas, menghasilkan air permukaan (runoff) yang asam. Angin dapat
membawa material asam pada deposisi kering dan basah melintasi batas
kota dan Negara sampai ratusan kilometer. Untuk mengukur keasaman hujan
asam igunakan pH meter. Hujan dikatakan hujan asam jika telah memiliki
pH dibawah 5,0 ( Air murni mempunyai pH 7 ). Makin rendah pH air hujan
tersebut , makin berat dampaknya bagi mahluk hidup.
2. Sumber
Lehr et. Al ( 2005)
membagi 3 jenis polutan utama yang menyebabkan terjadinya hujan asam
yaitu sulfur dioksida(SO2), nitrogen oksida (NOx) dan volatile organic
compounds (VOCs) atau zat-zat organic yang mudah menguap. Sumber dari
kandungan sulfur alami diudara sebagian besar sekitar 25 sampai 30%
berasal dari letusan gunungapi seperti di El Chichon tahun 1982 atau
Gunung Pinatubo pada tahun 1991. Hidrokarbon juga dapat menyebabkan
hujan asam, asam karboksilik, HCOO, dan asam metilkarboksilik, CH3CO,
merupakan hasil dari oksidasi emisi biota laut maupun darat. Selain
secara alami gas sulfur juga berasal dari pembakaran batubara (Tjasyono,
2004, Lehr et. Al, 2005,) dan berasal dari emisi industri. Pada tahun
1983 United Nations Environment Programme memperkirakan besarnya sulfur
yang dilepaskan antara 80-288 juta ton tiap tahunnya dan sekitar 69
juta ton diantaranya berasal dari aktivitas manusia.
(http://www.ace.mmu.ac.uk, 2010).
Nitrogen oksida (NOr
= NO + NO2) selain berasal dari letusan gunungapi, sumber dari zat ini
adalah dari emisi tanah, kilat, pertukaran gas stratosfer-troposfer, dan
pembakaran biomassa. NO merupakan hasil pembakaran bahan bakar
hidrokarbon, baik bahan bakar fosil maupun dari biomassa. besarnya
oksida nitrogen yang dilepaskan antara 20-90 juta ton tiap tahunnya
dari alam dan sekitar 24 juta ton diantaranya berasal dari aktivitas
manusia (http://www.ace.mmu.ac.uk), 2010). Amoniak dihasilkan dari emisi
pupuk. Sumber-sumber pencemar ini berasar dari pembuangan asap mesin
(kendaraan bermotor dan stasiun pembangkit energy) dan pembakaran
biomassa (Tjasyono, 2004). Produksi N2O (termasuk CO2, HNO3, dan CH4)
dapat menyebabkan dampak lain yaitu efek rumah kaca dimana N2O memiliki
masa tinggal lebih dari 150 tahun di atmosfer sebelum terurai (Crutzen,
1987 dalam Lehr et. Al ( 2005).
Pembentukan
[H] + [Nat] + [Na4] + 2[Ca2] = 2[SO421 + 2[S032] + [NOfl + [C1] + [OH] + [HCO3] + 2[CO32]
Hal utama yang
mempengaruhi pH hujan adalah karbon dioksida (CO2) dalam bentuk asam
karboksilik dalam air. Reaksi karbon dioksida adalah sebagai berikut
CO2 gas + H20 –> H2CO3 (2)
H2CO3 –>HCO3 + H (3)
HCO3 –>CO3 + H
Emisi SO2, NO, dan NH3 merupakan transformasi dari bentuk gas kemudian larut dalam air hujan dimana terjadi reaksi kimia antara gas dan air. Sulfur dioksida ditransformasikan sebagai berikut:
CO2 gas + H20 –> H2CO3 (2)
H2CO3 –>HCO3 + H (3)
HCO3 –>CO3 + H
Emisi SO2, NO, dan NH3 merupakan transformasi dari bentuk gas kemudian larut dalam air hujan dimana terjadi reaksi kimia antara gas dan air. Sulfur dioksida ditransformasikan sebagai berikut:
SO2+OH –> HOSO2
Dalam bentuk cair, reaksi lain dapat terjadi. Contohnya:
SO2 + H2O SO2 x H2O (14)
SO2 x H2O–> HSO3 + H (15)
HSO3 –> S032 + H
SO2 x H2O–> HSO3 + H (15)
HSO3 –> S032 + H
Nitirit oksida (NO) sangat cepat beroksidasi menjadi NO2, khususnya ketika bereaksi dengan ozon:
NO +O3–>NO2 +O2
Dari situ terlihat bahwa NO mengalami trasnformasi menjadi asam nitrit ketika bereaksi dengan hidroksida
NO2+OH–>HNO3
NO +O3–>NO2 +O2
Dari situ terlihat bahwa NO mengalami trasnformasi menjadi asam nitrit ketika bereaksi dengan hidroksida
NO2+OH–>HNO3
3. Cara Pengukuran
Hujan asam diukur
menggunakan skala pH, air murni memiliki pH sekitar 7 sedangkan hujan
yang normal bersifat agak asam karena adanya kandungan karbon dioksida
yang terlarut didalamnya sehingga pH-nya sekitar 5,5. Pengukuran hujan
asam dapat menggunakan botol, kemudian air hujan ditampung dalam botol
tersebut. Dengan menggunakan indicator pH maka tingkat kebasaan maupun
keasaman hujan dapat diketahui. Jika ingin mengetahui pengaruh hujan
asam pada batuan sesuatu yang dapat dilakukan adalah menampung air hujan
pada botol dengan corong terbalik, kemudian air yang tertampung
diteteskan pada batuan yang diuji. Pengujian dapat dilakukaan pada
batuan beku dan batuan sedimen. Sebagai contoh batuan beku yang diambil
untuk sampel adalah batu andesit sedangkan batu sedimen berupa batu
gamping. Sifat batu granit yang sudah asam maka ketika terkena tetes air
hujan yang asam, batu tersebut tidak ikut terlarut. Sebaliknya, pada
batu gamping yang memiliki sifat basa, maka batu gamping akan terlarut
dan air yang melarutkan batu tersebut menjadi keruh.
4 komentar:
tambah ilmu nih...... matur thank you ya !!!!!
TRIMAKASIH SUDAH BERBAGI INFO DAN ILMU.. :D
Trimakasih. Bsa bwt ngerjain tugas ipa.
Halo Bossku ^^
Segera Daftarkan ID di ibu21,com
Menyediakan 8 Permainan Hanya Dengan 1 ID
Serta Tersedia Promo Menarik
Bonus Turn Over Terbesar
Bonus Refferal Seumur Hidup
Minimal Deposit Hanya 25Rb
BBM : csibuqq
WA : +855 88 780 6060
Di Tunggu Kehadirannya Bossku ^^
Posting Komentar